Banyak wanita menganggap gigi berhias behel (kawat gigi) terkesan
menarik, sehingga banyak yang menjadikannya sebagai aksesori. Padahal
kawat gigi adalah alat perawatan yang tak bisa dipakai sembarangan.
drg.
Dimas Cahya Saputra dari Klinik Perigigi Jogjakarta menjelaskan, behel
diperlukan jika diagnosis dokter gigi menyebut pasien memiliki
maloklusi. Baik pada gigi (dental), rahang (skeletal), maupun kombinasi
keduanya (dentoskeletal). Artinya, kawat gigi diperlukan ketika memang
ada kelainan gigi.
“Jadi bukan asal memasang behel, apalagi hanya demi kepentingan penampilan,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Selain
itu, pemasangan behel juga seharusnya ditangani dokter gigi spesialis
ortodonsi (kawat gigi), bukan tukang gigi. Sebab tujuan pemakaian kawat
gigi adalah mengatur susunan gigi geligi hingga mendekati ideal. Kawat
gigi ada yang sifatnya lepasan maupun kawat gigi cekat (fixed).
Benarkah ada batasan usia bagi pengguna behel?
drg.
Dimas mengatakan, memang ada beberapa pendapat mengenai batasan umur
dalam pemasangan behel. Namun, pertimbangan pemasangan kawat gigi
semestinya bukan didasarkan pada faktor usia, akan tetapi kondisi
kesehatan gigi pasien.
“Jadi usia bukan yang utama. Tetapi
bagaimana kondisi kesehatan gigi, jaringan pendukung, serta kesehatan
pasien secara umum,” jelasnya.
Kondisi kesehatan secara umum
berpengaruh pada kesehatan gigi dan jaringan pendukung gigi. Perawatan
kawat gigi, lanjut drg. Dimas, dilakukan bila perlu adanya pergerakan
gigi. Dalam perawatan ini akan ada jaringan pendukung gigi yang
berdampak.
Orang berusia lanjut biasanya mengalami beberapa
persoalan gigi, seperti gigi hilang (dicabut), gigi berlubang, atau
permasalahan jaringan tulang pemegang gigi (tulang alveolar). Oleh
karena itu, untuk mengetahui perlu tidaknya pasien menggunakan kawat
gigi, butuh diagnosis dokter gigi.
“Seorang dokter gigi harus
jeli menganalisis dari pemeriksaan subyektif maupun obyektif, sehingga
perawatan kawat gigi berhasil,” tambahnya.
Kawat gigi umumnya
tidak menyebabkan alergi. Meski demikian, kemungkinan itu harus
diwaspadai. Sebab masing-masing pasien punya kepekaan alergi berbeda.
Jika
terjadi alergi, maka penjelasannya begini: Pasien yang pernah terpapar
salah satu bahan kawat gigi seperti logam bracket atau semen yang
menempel pada bracket dengan permukaan gigi pada perawatan kawat gigi
lepasan, kemudian akan membentuk antibodi. Benda-benda tadi akan
dianggap sebagai antigen.
“Jika ini terpapar ulang akan terjadi reaksi alergi,” lanjutnya.
Agar perawatan kawat gigi sesuai kebutuhan dan berjalan aman, drg. Dimas memberikan tips sebagai berikut:1.
Berkonsultasi ke dokter gigi spesialis kawat gigi bila memang akan
menggunakan behel. Dokter gigi menyediakan berbagai perangkat kawat
gigi, baik berupa bracket, kawat, karet, dan bahan lain yang
berkualitas.
2. Hindari tergiur iklan pemasangan kawat gigi murah lewat media sosial.
3. Kawat gigi adalah sarana perawatan gigi yang mungkin dapat berdampak pada penampilan. Namun, tujuannya tetap untuk perawatan.
4.
Jangan memasang behel di orang yang tidak kompeten (bukan dokter gigi).
Sebab, pemasangan behel yang tidak sesuai prosedur dapat berakibat
fatal.
Bagi pasien yang sudah mengenakan behel, berikut tips agar perawatan berhasil baik:1.
Perawatan kawat gigi perlu waktu dan tidak bisa instan. Oleh karena
itu, pasien harus sabar, rajin kontrol dan selalu mematuhi anjuran
dokter gigi.
2. Jagalah kebersihan gigi dan mulut ketika
sudah memakai kawat gigi. Pemakaian berbagai alat di permukaan gigi akan
memudahkan kotoran menempel. Tersedia sikat gigi khusus untuk pasien
dengan behel. Jangan sampai gigi Anda menjadi rapi, namun lubang gigi
bertambah dan gusi menjadi bengkak.Banyak wanita menganggap gigi berhias behel (kawat gigi) terkesan
menarik, sehingga banyak yang menjadikannya sebagai aksesori. Padahal
kawat gigi adalah alat perawatan yang tak bisa dipakai sembarangan.
drg.
Dimas Cahya Saputra dari Klinik Perigigi Jogjakarta menjelaskan, behel
diperlukan jika diagnosis dokter gigi menyebut pasien memiliki
maloklusi. Baik pada gigi (dental), rahang (skeletal), maupun kombinasi
keduanya (dentoskeletal). Artinya, kawat gigi diperlukan ketika memang
ada kelainan gigi.
“Jadi bukan asal memasang behel, apalagi hanya demi kepentingan penampilan,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Selain
itu, pemasangan behel juga seharusnya ditangani dokter gigi spesialis
ortodonsi (kawat gigi), bukan tukang gigi. Sebab tujuan pemakaian kawat
gigi adalah mengatur susunan gigi geligi hingga mendekati ideal. Kawat
gigi ada yang sifatnya lepasan maupun kawat gigi cekat (fixed).
Benarkah ada batasan usia bagi pengguna behel?
drg.
Dimas mengatakan, memang ada beberapa pendapat mengenai batasan umur
dalam pemasangan behel. Namun, pertimbangan pemasangan kawat gigi
semestinya bukan didasarkan pada faktor usia, akan tetapi kondisi
kesehatan gigi pasien.
“Jadi usia bukan yang utama. Tetapi
bagaimana kondisi kesehatan gigi, jaringan pendukung, serta kesehatan
pasien secara umum,” jelasnya.
Kondisi kesehatan secara umum
berpengaruh pada kesehatan gigi dan jaringan pendukung gigi. Perawatan
kawat gigi, lanjut drg. Dimas, dilakukan bila perlu adanya pergerakan
gigi. Dalam perawatan ini akan ada jaringan pendukung gigi yang
berdampak.
Orang berusia lanjut biasanya mengalami beberapa
persoalan gigi, seperti gigi hilang (dicabut), gigi berlubang, atau
permasalahan jaringan tulang pemegang gigi (tulang alveolar). Oleh
karena itu, untuk mengetahui perlu tidaknya pasien menggunakan kawat
gigi, butuh diagnosis dokter gigi.
“Seorang dokter gigi harus
jeli menganalisis dari pemeriksaan subyektif maupun obyektif, sehingga
perawatan kawat gigi berhasil,” tambahnya.
Kawat gigi umumnya
tidak menyebabkan alergi. Meski demikian, kemungkinan itu harus
diwaspadai. Sebab masing-masing pasien punya kepekaan alergi berbeda.
Jika
terjadi alergi, maka penjelasannya begini: Pasien yang pernah terpapar
salah satu bahan kawat gigi seperti logam bracket atau semen yang
menempel pada bracket dengan permukaan gigi pada perawatan kawat gigi
lepasan, kemudian akan membentuk antibodi. Benda-benda tadi akan
dianggap sebagai antigen.
“Jika ini terpapar ulang akan terjadi reaksi alergi,” lanjutnya.
Agar perawatan kawat gigi sesuai kebutuhan dan berjalan aman, drg. Dimas memberikan tips sebagai berikut:1.
Berkonsultasi ke dokter gigi spesialis kawat gigi bila memang akan
menggunakan behel. Dokter gigi menyediakan berbagai perangkat kawat
gigi, baik berupa bracket, kawat, karet, dan bahan lain yang
berkualitas.
2. Hindari tergiur iklan pemasangan kawat gigi murah lewat media sosial.
3. Kawat gigi adalah sarana perawatan gigi yang mungkin dapat berdampak pada penampilan. Namun, tujuannya tetap untuk perawatan.
4.
Jangan memasang behel di orang yang tidak kompeten (bukan dokter gigi).
Sebab, pemasangan behel yang tidak sesuai prosedur dapat berakibat
fatal.
Bagi pasien yang sudah mengenakan behel, berikut tips agar perawatan berhasil baik:1.
Perawatan kawat gigi perlu waktu dan tidak bisa instan. Oleh karena
itu, pasien harus sabar, rajin kontrol dan selalu mematuhi anjuran
dokter gigi.
2. Jagalah kebersihan gigi dan mulut ketika
sudah memakai kawat gigi. Pemakaian berbagai alat di permukaan gigi akan
memudahkan kotoran menempel. Tersedia sikat gigi khusus untuk pasien
dengan behel. Jangan sampai gigi Anda menjadi rapi, namun lubang gigi
bertambah dan gusi menjadi bengkak.
sumber : yahoo.id