Selasa, 23 April 2013

Berniat Pasang Behel, Jangan sembarangan | Anggar Septiandi


Banyak wanita menganggap gigi berhias behel (kawat gigi) terkesan menarik, sehingga banyak yang menjadikannya sebagai aksesori. Padahal kawat gigi adalah alat perawatan yang tak bisa dipakai sembarangan.

drg. Dimas Cahya Saputra dari Klinik Perigigi Jogjakarta menjelaskan, behel diperlukan jika diagnosis dokter gigi menyebut pasien memiliki maloklusi. Baik pada gigi (dental), rahang (skeletal), maupun kombinasi keduanya (dentoskeletal). Artinya, kawat gigi diperlukan ketika memang ada kelainan gigi.

“Jadi bukan asal memasang behel, apalagi hanya demi kepentingan penampilan,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Selain itu, pemasangan behel juga seharusnya ditangani dokter gigi spesialis ortodonsi (kawat gigi), bukan tukang gigi. Sebab tujuan pemakaian kawat gigi adalah mengatur susunan gigi geligi hingga mendekati ideal. Kawat gigi ada yang sifatnya lepasan maupun kawat gigi cekat (fixed).

Benarkah ada batasan usia bagi pengguna behel?

drg. Dimas mengatakan, memang ada beberapa pendapat mengenai batasan umur dalam pemasangan behel. Namun, pertimbangan pemasangan kawat gigi semestinya bukan didasarkan pada faktor usia, akan tetapi kondisi kesehatan gigi pasien.

“Jadi usia bukan yang utama. Tetapi bagaimana kondisi kesehatan gigi, jaringan pendukung, serta kesehatan pasien secara umum,” jelasnya.

Kondisi kesehatan secara umum berpengaruh pada kesehatan gigi dan jaringan pendukung gigi. Perawatan kawat gigi, lanjut drg. Dimas, dilakukan bila perlu adanya pergerakan gigi. Dalam perawatan ini akan ada jaringan pendukung gigi yang berdampak.

Orang berusia lanjut biasanya mengalami beberapa persoalan gigi, seperti gigi hilang (dicabut), gigi berlubang, atau permasalahan jaringan tulang pemegang gigi (tulang alveolar). Oleh karena itu, untuk mengetahui perlu tidaknya pasien menggunakan kawat gigi, butuh diagnosis dokter gigi.

“Seorang dokter gigi harus jeli menganalisis dari pemeriksaan subyektif maupun obyektif, sehingga perawatan kawat gigi berhasil,” tambahnya.

Kawat gigi umumnya tidak menyebabkan alergi. Meski demikian, kemungkinan itu harus diwaspadai. Sebab masing-masing pasien punya kepekaan alergi berbeda.

Jika terjadi alergi, maka penjelasannya begini: Pasien yang pernah terpapar salah satu bahan kawat gigi seperti logam bracket atau semen yang menempel pada bracket dengan permukaan gigi pada perawatan kawat gigi lepasan, kemudian akan membentuk antibodi. Benda-benda tadi akan dianggap sebagai antigen.

“Jika ini terpapar ulang akan terjadi reaksi alergi,” lanjutnya.

Agar perawatan kawat gigi sesuai kebutuhan dan berjalan aman, drg. Dimas memberikan tips sebagai berikut:

1. Berkonsultasi ke dokter gigi spesialis kawat gigi bila memang akan menggunakan behel. Dokter gigi menyediakan berbagai perangkat kawat gigi, baik berupa bracket, kawat, karet, dan bahan lain yang berkualitas.
   
2. Hindari tergiur iklan pemasangan kawat gigi murah lewat media sosial.
   
3. Kawat gigi adalah sarana perawatan gigi yang mungkin dapat berdampak pada penampilan. Namun, tujuannya tetap untuk perawatan.
   
4. Jangan memasang behel di orang yang tidak kompeten (bukan dokter gigi). Sebab, pemasangan behel yang tidak sesuai prosedur dapat berakibat fatal.


Bagi pasien yang sudah mengenakan behel, berikut tips agar perawatan berhasil baik:

1. Perawatan kawat gigi perlu waktu dan tidak bisa instan. Oleh karena itu, pasien harus sabar, rajin kontrol dan selalu mematuhi anjuran dokter gigi.
   
2. Jagalah kebersihan gigi dan mulut ketika sudah memakai kawat gigi. Pemakaian berbagai alat di permukaan gigi akan memudahkan kotoran menempel. Tersedia sikat gigi khusus untuk pasien dengan behel. Jangan sampai gigi Anda menjadi rapi, namun lubang gigi bertambah dan gusi menjadi bengkak.Banyak wanita menganggap gigi berhias behel (kawat gigi) terkesan menarik, sehingga banyak yang menjadikannya sebagai aksesori. Padahal kawat gigi adalah alat perawatan yang tak bisa dipakai sembarangan.

drg. Dimas Cahya Saputra dari Klinik Perigigi Jogjakarta menjelaskan, behel diperlukan jika diagnosis dokter gigi menyebut pasien memiliki maloklusi. Baik pada gigi (dental), rahang (skeletal), maupun kombinasi keduanya (dentoskeletal). Artinya, kawat gigi diperlukan ketika memang ada kelainan gigi.

“Jadi bukan asal memasang behel, apalagi hanya demi kepentingan penampilan,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

Selain itu, pemasangan behel juga seharusnya ditangani dokter gigi spesialis ortodonsi (kawat gigi), bukan tukang gigi. Sebab tujuan pemakaian kawat gigi adalah mengatur susunan gigi geligi hingga mendekati ideal. Kawat gigi ada yang sifatnya lepasan maupun kawat gigi cekat (fixed).

Benarkah ada batasan usia bagi pengguna behel?

drg. Dimas mengatakan, memang ada beberapa pendapat mengenai batasan umur dalam pemasangan behel. Namun, pertimbangan pemasangan kawat gigi semestinya bukan didasarkan pada faktor usia, akan tetapi kondisi kesehatan gigi pasien.

“Jadi usia bukan yang utama. Tetapi bagaimana kondisi kesehatan gigi, jaringan pendukung, serta kesehatan pasien secara umum,” jelasnya.

Kondisi kesehatan secara umum berpengaruh pada kesehatan gigi dan jaringan pendukung gigi. Perawatan kawat gigi, lanjut drg. Dimas, dilakukan bila perlu adanya pergerakan gigi. Dalam perawatan ini akan ada jaringan pendukung gigi yang berdampak.

Orang berusia lanjut biasanya mengalami beberapa persoalan gigi, seperti gigi hilang (dicabut), gigi berlubang, atau permasalahan jaringan tulang pemegang gigi (tulang alveolar). Oleh karena itu, untuk mengetahui perlu tidaknya pasien menggunakan kawat gigi, butuh diagnosis dokter gigi.

“Seorang dokter gigi harus jeli menganalisis dari pemeriksaan subyektif maupun obyektif, sehingga perawatan kawat gigi berhasil,” tambahnya.

Kawat gigi umumnya tidak menyebabkan alergi. Meski demikian, kemungkinan itu harus diwaspadai. Sebab masing-masing pasien punya kepekaan alergi berbeda.

Jika terjadi alergi, maka penjelasannya begini: Pasien yang pernah terpapar salah satu bahan kawat gigi seperti logam bracket atau semen yang menempel pada bracket dengan permukaan gigi pada perawatan kawat gigi lepasan, kemudian akan membentuk antibodi. Benda-benda tadi akan dianggap sebagai antigen.

“Jika ini terpapar ulang akan terjadi reaksi alergi,” lanjutnya.

Agar perawatan kawat gigi sesuai kebutuhan dan berjalan aman, drg. Dimas memberikan tips sebagai berikut:

1. Berkonsultasi ke dokter gigi spesialis kawat gigi bila memang akan menggunakan behel. Dokter gigi menyediakan berbagai perangkat kawat gigi, baik berupa bracket, kawat, karet, dan bahan lain yang berkualitas.
   
2. Hindari tergiur iklan pemasangan kawat gigi murah lewat media sosial.
   
3. Kawat gigi adalah sarana perawatan gigi yang mungkin dapat berdampak pada penampilan. Namun, tujuannya tetap untuk perawatan.
   
4. Jangan memasang behel di orang yang tidak kompeten (bukan dokter gigi). Sebab, pemasangan behel yang tidak sesuai prosedur dapat berakibat fatal.


Bagi pasien yang sudah mengenakan behel, berikut tips agar perawatan berhasil baik:

1. Perawatan kawat gigi perlu waktu dan tidak bisa instan. Oleh karena itu, pasien harus sabar, rajin kontrol dan selalu mematuhi anjuran dokter gigi.
   
2. Jagalah kebersihan gigi dan mulut ketika sudah memakai kawat gigi. Pemakaian berbagai alat di permukaan gigi akan memudahkan kotoran menempel. Tersedia sikat gigi khusus untuk pasien dengan behel. Jangan sampai gigi Anda menjadi rapi, namun lubang gigi bertambah dan gusi menjadi bengkak.

sumber : yahoo.id

1 komentar:

Armn Blog's mengatakan...

nice kakak :)

Posting Komentar

newer post older post Home